Laman

Minggu, 08 Mei 2011

Pertanyaan Tentang Tema dan Latar Novel Remaja

1. Berikut yang termasuk dalam unsur intrinsik novel adalah, kecuali…
a. Alur
b. Sudut pandang
c. Gaya tulisan
d. Sudut pandang

2. Fungsi dari latar adalah…
a. Untuk melukiskan tempat, tokoh, dan suasana terjadinya peristiwa
b. Agar cerita tampak lebih hidup serta menggambarkan situasi psikologis atau situasi batin tokoh
c. Untuk menentukan tempat, waktu, dan suasana dalam membuat novel
d. Lokasi, waktu dan suasana dalam membuat novel

3. Dalam menjelaskan tema dan latar novel yang telah kita simak, kalian perlu memerhatikan langkah-langkah berikut, kecuali…
a. Menyimak dengan konsentrasi, cermat, dan teliti
b. Memahami inti cerita yang dapat ditangkap secara utuh
c. Memerhatikan unsur –unsur intrinsik cerita
d. Membaca sambil berimajinasi menjadi tokoh dalam novel tersebut

4. Tema adalah…
a. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar pembicaraan dalam cerita
b. Tema adalah sesuatu yang menjadi sudut pandang cerita
c. Tema adalah sesuatu yang menjadi amanat dalam cerita
d. Tema adalah sesuatu yang menjiwai perasaan ketika membaca cerita

5. Masalah dalam tema novel remaja biasanya berkisar tentang, kecuali…
a. Percintaan
b. Kehidupan remaja di sekolah
c. Peperangan
d. Persahabatan

Menjelaskan Tema dan Latar Novel Remaja

Menjelaskan Tema dan Latar Novel Remaja (Asli atau Terjemahan)

Unsur intrinsik novel meliputi tema, latar, alur, amanat, gaya bahasa, sudut pandang, dan penokohan. Berkenaan dengan tema dan latar, kita tahu bahwa banyak novel yang secara umum memiliki tema yang hampir sama atau bahkan sama. Namun demikian, penyampaian dan pengungkapannya menjadi berbeda ketika unsur-unsur intrinsik yang lain berbeda, termasuk dalam hal ini latar. Hal tersebut salah satunya dikarenakan kejadian yang dikisahkan diangkat dari kehidupan masyarakat secara nyata, walaupun ada juga novel-novel yang tidak berlatar belakang kehidupan masyarakat secara nyata. Guna mengasah kemampuan kalian berkenaan dengan materi ini, mintalah salah satu teman kalian untuk membacakan kutipan novel berikut! Saat novel tersebut dibacakan, simaklah dengan cermat!

Marcus sulit membiasakan diri dengan kenyataan bahwa musim dingin sudah berakhir. Cukup banyak yang dialami Marcus di London yang terjadi di tengah kegelapan dan hujan (pasti ada beberapa sore yang cerah di awal tahun ajaran, tapi begitu banyak yang terjadi sehingga ia tidak lagi mengingat semuanya), dan sekarang ia bisa berjalan pulang dari rumah Will di tengah sinar matahari sore. Mau tidak mau ia merasa segalanya baik-baik saja pada minggu pertama setelah waktu dimajukan satu jam; mudah sekali percayai ibunya akan lebih baik, bahwa tiba-tiba usianya bertambah tiga tahun dan ia menjadi begitu keren sehingga Ellie menyukainya, dan ia akan menciptakan gol kemenangan bagi tim sepak bola sekolah dan menjadi anak paling populer di sekolah.
Tapi, menurut Marcus, pendapat itu bodoh, sama bodohnya seperti zodiak. Waktu dimajukan satu jam berlaku bagi semua orang, bukan hanya bagi Marcus, dan tidak mungkin setiap ibu yang depresi akan jadi ceria, tidak mungkin setiap anak di Inggris akan menciptakan gol kemenangan bagi tim sepak bola sekolahnya, terutama setiap anak di Inggris yang membenci sepak bola dan tidak tahu bagian bola sebelah mana yang harus ditendang dan tentunya tidak mungkin setiap bujangan berusia dua belas tahun menjadi lima belas tahun dalam semalam. Kemungkinan terjadinya hal itu sangat kecil, dan bahkan jika itu terjadi, tidak akan terjadi pada Marcus, karena ia tahu keberuntungannya sendiri. Itu akan terjadi pada anak berusia dua belas tahun lain, di sekolah lain, yang tidak sedang jatuh cinta pada gadis yang usianya tiga tahun lebih tua darinya, dan yang karenanya tidak terlalu peduli apakah usianya bertambah atau tidak. Ketidakadilan adegan yang baru saja Marcus bayangkan membuatnya marah, dan ia menandai kepulangannya dengan membanting pintu rumah dengan berang.

(Anak Itu dan Aku, Nick Hornby)

Dalam menjelaskan tema dan latar novel yang telah kalian simak, kalian perlu memerhatikan langkah-langkah berikut.
1. Menyimak dengan konsentrasi, cermat, dan teliti.
2. Memahami inti cerita yang dapat ditangkap secara utuh.
3. Memerhatikan unsur-unsur intrinsik cerita, terutama berkenaan
dengan tema dan latar.

Tema dari kutipan novel yang dibacakan teman kalian dapat kalian simpulkan, seperti kekesalan Marcus dengan segala sesuatu yang ia alami, ia inginkan, serta tentang khayalannya yang mustahil untuk dapat diwujudkan. Adapun latar tempat kejadian dalam cerita itu adalah di Kota London, tepatnya di sepanjang jalan dari rumah Will menuju rumahnya. Latar waktu kejadian dalam kutipan novel tersebut adalah sore hari. Kedua latar dalam kutipan novel tersebut terungkap dalam cerita pada paragraf pertama “… dan sekarang ia biasa berjalan pulang dari rumah Will di tengah sinar matahari sore ....”



Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawati, 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuab Departemen Pendidikan Nasional



Menyimak untuk Menjelaskan Tema dan Latar Novel Remaja
Pada pembelajaran berikut ini, kamu diajak untuk mampu menjelaskan tema dan latar novel remaja asli Indonesia atau terjemahan melalui kegiatan mendengarkan.

1. Menyimpulkan Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar pembicaraan dalam cerita. Tema merupakan sesuatu yang menjiwai cerita. Tema sebuah cerita dapat ditentukan setelah cerita itu selesai dibaca atau didengarkan. Tema novel remaja biasanya berkisar masalah percintaan, kehidupan remaja di sekolah atau di kampus.

2. Menyimpulkan Latar Novel
Latar (setting) merupakan lukisan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Latar dapat menciptakan kesan realistis dan menciptakan kesan seolaholah peristiwa peristiwa itu sungguh-sungguh ada.
Latar tidak hanya digambarkan secara fisik saja tetapi juga dapat berupa tata cara, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai yang berlaku. Latar berfungsi agar cerita tampak lebih hidup serta menggambarkan situasi psikologis atau situasi batin tokoh.


Sumber :
Sarwiji, suwandi dan Sutarmo 2008. Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuab Departemen Pendidikan Nasional.


Tema dan Latar Belakang Novel Remaja
Membicarakan tema dengan novel remaja adalah hal menarik. Mengupas kedua unsure itu sama dengan halnya membicarakan masalah remaja dan lingkungan yang melatarbelakangnya



Menentukan Tema dan Latar Belakang Novel Remaja
Pengarang menulis karena dorongan niat baiknya untuk mengemukakan beberapa persoalan, cita-cita, serta bahan-bahan yang terkandung dalam pikirannya kepada masyarakat pembaca. Untuk menyampaikan pada pembaca, dalam karangannya seorang pengarang mengambil dasar/pokok cerita (tema) yang kemudian dijadikan pijakan dalam menulis seluruh kejadian dalam karangan. Dengan kalimat yang berbeda, dapat dikatakan tema adalah pokok persoalan yang mendasari cerita.
Adapun latar cerita meliputi tiga hal, yaitu kejadian, waktu, dan suasana/keadaan lingkungan cerita berlangsung.


Setyorini, Yulianti dan Wahono, 2008. Bahasa Indonesia: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.



Menjelaskan Tema dan Latar Novel Remaja yang Diperdengarkan

Membaca novel merupakan usaha memperhalus budi. Dalam novel banyak hal yang bisa dipakai sebagai alat untuk becermin. Karakter tokoh merupakan cermin agar kita tidak memiliki karakter negatif. Alur memberi cermin agar kita bijaksana menyikapi semua persoalan. Demikian pula unsur yang lain.
Untuk mendukung kegiatan itu, aktivitas pembelajaran yang harus kamu lakukan untuk menguasai kompetensi menjelaskan tema dan latar novel remaja yang diperdengarkan adalah (1) menemukan tema novel; dan (2) menemukan latar novel.
1. Menemukan Tema Novel
Pada kesempatan ini, temanmu akan membacakan sebuah novel remaja. Kamu akan belajar untuk menemukan tema novel tersebut. Nah, sebelumnya, marilah berlatih untuk menemukan tema sebuah novel dari penggalan novel berikut!

“Ndra, lo percaya ngga’, sih, sama pernyataan yang bilang kalo seorang cewek sama
seorang cowok yang sahabatan, tuh, ngga’ mungkin bisa bertemen yang purely, temenan aja?”
tanya Jani penasaran dalam perjalanan pulang.
”Hah? Maksudnya apa, tuh?” respon Andra bingung.
”Ya, maksudnya, ngga’ mungkin cuma berteman biasa. Pasti pada dasarnya, ada salah
satu, atau bahkan kedua-duanya yang akan suka, lebih dari sekedar teman sama yang lainnya?
Ngerti, ngga’?”
”Naksir atau jatuh cinta, maksudnya?”
”Ya, semacam itu kali ya..”

Dalam dialog tersebut tampaknya penulis membungkus tema novel ini. Untuk
mengetahui tema suatu novel diperlukan membaca novel itu secara utuh. Namun,
kadang-kadang dengan membaca penggalan saja kita sudah dapat menentukan temanya. Dari penggalan yang sangat pendek di atas kita melihat tema yang diangkat oleh penulis adalah percintaan remaja.
Nah, tugasmu adalah mencoba menemukan apa sebenarnya tema novel ini. Agar
lebih jelas, mintalah kawanmu membacakan penggalan novel yang agak panjang (sekitar 2 atau 3 halaman) kemudian tentukan temanya. Agar lebih tepat, lakukan diskusi!

2. Menemukan Latar Novel
Latar pada novel dapat berupa latar waktu dan dapat pula berupa latar tempat. Latar waktu menunjukkan pada waktu apa atau bagaimana suatu peristiwa itu terjadi. Sementara itu, latar tempat menunjukkan di mana suatu peristiwa itu terjadi.
Berkaitan dengan itu, cobalah kamu ingat kembali apa yang kamu dengarkan dari bacaan penggalan novel yang dilakukan temanmu tadi. Selanjutnya, jelaskan latar novel tersebut, baik yang berupa latar waktu maupun tempat.



Laksono, Kisyani dan Nurhadi. 2008. Contextual Teaching and Learning Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional



Mendengarkan Pembacaan Kutipan Novel

Tema dan latar merupakan unsur intrinsik yang membangun sebuah novel. Tema merupakan gambaran umum cerita novel. Tema novel bisanya bersumber dari konflik kehidupan manusia seharĂ­-hari, antara lain kisah cinta, kepahlawanan, peperangan, dan persahabatan.

Latar atau setting terbagi atas tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat menjelaskan tempat terjadinya peristiwa dalam novel, latar waktu mendeskripsikan kapan peristiwa terjadi, dan latar suasana menjelaskan suasana yang melatarbelakangi peristiwa.

Dengarkan pembacaan kutipan novel terjemahan berikut!

Seminggu kemudian, Kalli melangkah turun dari pesawat di San Fransisco tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pagi itu ia sudah menelepon kantor Mr. Varos untuk memberitahu jadwal keberangkatannya, tetapi ia tidak bisa melewati resepsionis wanita yang meyakinkannya dengan suara serak bahwa pesannya akan disampaikan ke departemen yang tepat. Jadi, Kalli tak punya pilihan lain selain meninggalkan jadwal keberangkatannya pada seseorang yang tak dikenalnya di telepon.
Ia masih ragu-ragu menerima pekerjaan ini dan tak bisa mengusir perasaan itu. Apa ia akan dibiarkan terdampar di bandara seperti korban lelucon yang konyol? Ia tak bisa membayangkan Mr. Varos atau siapa pun, benar-benar begitu murah hati ketika menawarkan pekerjaan ini.
Kalli keluar dari lorong panjang sambil sesekali menghindari para penumpang lain yang mendadak berhenti untuk memeluk teman atau kekasih. Beberapa penumpang lain yang bersinggungan dengannya sibuk dengan telepon genggam menempel di telinga seraya bergegas melewati koridor yang luas menuju tempat pengambilan bagasi, taksi, dan rapat bisnis.
Tempat ini begitu hidup, disibukkan beragam aktivitas dan ramai dengan suasana obrolan. Bagaimana ia bisa menemukan “orang” yang tepat, yang sudah diperintahkan untuk menemuinya? Itu pun kalau memang ada yang akan menemuinya dan tawaran pekerjaan ini bukan sekadar tipu daya yang kejam.
Kalli menemukan tempat untuk berhenti sejenak di sebelah pilar, tempat ia bisa terhindar dari hiruk-pikuk manusia dan klakson kereta barang. Perutnya mulas karena cemas saat memandang kekacauan yang teratur di sekelilingnya. Ia bertanya-tanya bagaimana orang itu akan menemukan dirinya. Apakah orang itu sudah melihat foto yang ia kirimkan ke Mr. Varos sebelum pernikahan mereka disepakati? Apakah orang itu akan muncul? Pikiran bahwa ia menempuh jarak begitu jauh hanya untuk dibiarkan berdiri di bandara seperti pohon palem dalam pot membuat Kalli bergidik.
“Bagaimana aku bisa ada di sini dan kenapa aku di sini sih?” ia bergumam. Diturunkannya tas dari punggungnya dan diletakkannya di lantai. Untuk yang keseribu kalinya ia teringat siatuasi aneh yang ia alami. Pertama ia menelepon Mr. Varos. Kemudian, Mr. Varos menelepon dan menawarkan kesempatan untuk memugar rumahnya. Ketika pria itu meletakkan telepon, Kalli belum benar-benar mengatakan dirinya akan datang. Kalli terus merasa terombang-ambing sepanjang minggu itu. Pada
awalnya ia berpikir tak bisa menyetujui tawaran itu, tetapi kemudian ia memutuskan tak bisa menolak.
Ia bahkan mencari foto-foto lama rumah Varos saat rumah itu berada pada masa jayanya dan masih bernama The Gradingstone House. Rumah itu benar-benar indah. Ia tahu jika ia melihat sendiri rumah itu, napasnya akan tertahan. Kalau ia memutuskan untuk kembali ke San Fransisco.
Kalau? Mendapat kesempatan ini ibarat terpilih mengikuti Olimpiade. Bukan tawaran yang mudah ditolak-karena kesempatan seperti inilah yang ia nantikan selama hidupnya.
Di samping itu, ia berutang pada Mr. Varos. Ia tahu ia bisa melakukan pekerjaan itu dengan baik. Ia bisa melakukan pekerjaan ini dengan sempurna. Ia akan melakukannya karena semua miliknya dipertaruhkan di sini. Ia telah melanggar janji dan harus menebusnya. Hal itu jauh lebih penting daripada apa pun manfaat pekerjaan ini untuk kariernya.
Kalli merasakan gelombang kegelisahan melandanya lagi. Ia merapikan jas linennya yang berwarna biru gelap. Sepatu tumit tingginya agak menyakitkan, tetapi itu hanya harga kecil yang harus dibayarnya. Ia memilih pakaian dengan cermat agar menampilkan kesan baik. Meskipun ia takkan bertemu secara langsung, Mr. Varos pasti akan mendengar mengenai proyek ini. Ia tak ingin satu pun kata negatif sampai ke telinga Mr. Varos, baik tentang pekerjaannya maupun tentang dirinya. Ia akan
menjadi orang yang profesional dari atas kepala sampai ke ujung kakinya yang sakit.Takkan ada sikap ragu-ragu lagi kali ini. Takkan ada yang salah. Ia akan membuktikan kepercayaan Mr. Varos kepadanya tidak salah tempat.
Ia bertumpu bergantian pada kakinya yang dibalut sepatu kerja mencoba meringankan rasa sakit pada ujung kakinya. Dengan bersemangat, dipandanginya orang-orang yang lalu lalang sambil tersenyum penuh harap dan siap. Ia hampir memohon, “Kuharap Andalah staf Mr. Varos.”
Setelah 45 menit, kakinya terasa benar-benar sakit dan otot wajahnya kaku karena terus tersenyum. Ia berada di sudut ruangan bandara. Semua orang yang seperjalanan dengannya sudah pergi, bahkan orangorang yang terlambat dijemput pun sudah pergi.
Beberapa orang berjalan dengan santai menuju pintu keluar dan beberapa orang yang akan naik
penerbangan berikut sudah datang dan berlalu lalang sambil menunggu pesawat yang berangkat setengah jam lagi. Meski sekelilingnya ramai, Kalli merasa sangat kesepian saat mondar-mandir di dekat pilar yang mulai dibencinya. Anda dari tadi duduk. Duduk maupun berdiri dengan sepatu yang menyiksa itu toh sama saja, ia tetap sulit terlihat.
Kalli tak ingin tawaran itu hanya lelucon bahwa Mr. Varos tak pernah berniat untuk memberinya pekerjaan itu. Ia ingin percaya pasti ada penjelasan yang masuk akal, dan kalau ia cukup sabar seseorang akan datang menjemputnya. Barangkali orang itu terjebak macet.

Sumber: Cinta dan Dendam karya Renee Roszel, Gramedia, 2006: 27 – 30



Hariningsih, Dwi dan Wisnu, Bambang, 2008. Membuka jendela ilmu pengetahuan dengan bahasa dan sastra Indonesia 2: SMP/MTs Kelas VII.I Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Rabu, 27 Oktober 2010

Amerika akan Membantu Indonesia dengan Cara Apapun

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Presiden Barack Obama pada Selasa menyuarakan kesedihan atas berbagai musibah bencana alam di Indonesia tsunami di Indonesia dan berjanji membantu.

"First Lady Michelle dan saya sangat sedih oleh hilangnya nyawa, cidera, dan kerusakan yang telah terjadi sebagai akibat gempa dan tsunami di Sumatera Barat," kata Obama.

'Pada saat yang sama, saya berbesar hati dan didorong oleh ketahanan yang luar biasa dari masyarakat Indonesia dan komitmen Pemerintah untuk cepat membantu para korban, sebagai teman Indonesia, Amerika Serikat selalu siap untuk membantu dalam cara apapun," ujarnya.

Setidaknya 108 orang tewas, dan ratusan masih hilang Rabu, setelah tsunami menabrak sebuah pantai pulau terpencil Mentawai. Sedangkan di Jawa Tengah, letusan gunung Merapi setidaknya menyebabkan puluhan orang tewas.

Gempa berkekuatan 7,7 melanda wilayah barat Kepulauan Mentawai Sumatera Senin malam, menghasilkan gelombang setinggi 3 meter yang menyapu 10 desa.

Senin, 27 September 2010

biru biruku..

Sudah 2 kali aku kehilanganmu. Yang pertama, saat aku kelas 6 dulu. Temanku mematahkanmu begitu saja. Aku sangat sedih, aku menangis saat itu. Rasanya, ingin kucocok – cocok ampe sekarat yang menghancurkan dirimu. Meskipun dia MANTAN PACAR GADUNGANKU!!

Sekarang, yang kedua kalinya. Kemarin saat mengukur tinggi kacang hijau erva, aku tak sengaja meninggalkanmu begitu saja. Dan, sekarang, engkau menjadi milik ******. Selamat jalan, semoga kau bahagia!! Love you!!

Oranye, kusayang dirimu!!!!!!!
Yah, sudah 2 bulan aku kehilangan dirimu. Selama itu aku merasa kesepian sangat. Aku sampe kepikiran kamu terus. Kangen.. itulah yang ada dipikiranku tentang kamu.
Aku teringat, saat kamu membantuku ketika sedang mengukur panjang, mengukur tinggi batang, mengukur apapun yang dibutuhkan.
Aku rindu setengah mati kepadanya
Sungguh kuingin dia tahu
Aku rindu dia setengah mati…

Huah, kok dia nggak sadar, yah, kalo aku kangen sama dia??? Aku pengen pegang dia lagi, aku pengen peluk dia lagi, aku pengen pake dia lagi, dan yang terpenting, aku pengen milikin dia lagi!!!!

Ketika rintihan tangisku
Tak juga bisa membuatmu mengerti
Aku pun semakin menangis
Di dalam pikirku kuteringat dia..
Haruskah diriku menanti keajaiban
Berharap dirimu bisa mengerti denganku
Walau kau tak sadar dengan kesalahanmu
Ku tak akan ikhlaskan dia bersamamu..
Yah, aku bener – bener gak bisa ikhlasin kamu diambil sama dia. Ayo, dong, balik ke aku!! Aku janji gak akan sia – siain kamu kaya yang coklat waktu itu.
Flashback :
“ndi, e, gawa rene!” teriak **** dari belakang.
“nggak mauuuuuuu!!!!!!!!!!!” teriakku sambil menepis tangan – tangan jahil yang ingin mengambil si coklat.
Saat aku sedang berdiskusi dengan puput ta endang gitu, tiba – tiba ada yang mengambil coklat. Waktu itu coklat kutinggalkan seorang diri di meja.
“yee!! Entokk!! Kucing!!”sorak seorang temanku. Namanya ega.
“ega, jangan kasihin ke ****, loh! Nanti dipatahin!!!”
Saat aku sedang berkata seperti itu, ega sudah memberikannya ke cus. “loh, cing, udah kukasihin ke cus..”
“ah, ega!!!!!!!!!!!!! Cus, mana? Balikin, ga???” bentakku pada teman belakang ega, namanya heru. Tapi temen – temennya pada manggil dia cus. Gatau napa. Aku ngikut aja. Secara, kan, aku anak baruu..
“moh!” jawab cus sambil akan memberikannya ke ****.
“cus!!!”
“moh!!”
“cus!!”
“wis tak kekno, cing!” kata cus setelah memberikan si coklat pada.. ****!!!!!!!!!!!!!!
“cussssssss!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ****, mana balikin, gak??” aku ngamuk berat sama cus. Sekarang aku berpaling (?) ke ****.
Eh, malah gaditanggepin. Dia dengan asyik bin santai bin bahagia bin bangga bin senang bin apadeh kelamaan mukul – mukulin mejanya pake si coklat.
“****, baikin!!!” mukaku udah merah. Firasatku aneh.
Lamalamalama, aku capek nanggepin dia. Aku balik lagi ke tugasku (aku kan anak rajin) sambil sesekali menatap **** yang asyik bermain – main dengan si coklat.
Pletak!! Krosak!! Bum!!! (? Apadeh bunyinya). Jderrr!!! Jantungku berdebar – debar. Gak ercaya dengan apa yang kulihat dan kudengar.
“hyah!!! Ceng, tugel, ceng!” kata temenku, namanya sutik.
“hah? Patah?” aku gak percaya. Mukaku dah merah.
“hih! Tugel?” sorak **** dan teman – teman.
Aku dah berusaha tabah dan tahan. Dia balikin coklat dalam keadaan yang mengenaskan (?). pas yuda risal datang ke tempatku dan menanyai tentang kabar coklat, aku dah gatahan lagi.
“UDAH, DEH, UDAH!!!!!!!!” teriakku lalu telungkup di meja dan menangisi si coklat yang memiliki banyak kenangan itu. Dari pernah dipinjem reza sampe ******.
Selesai nangis,
“ega!! Ini semua gara – gara kamu!! Cus juga!!” bentakku.
“kok aku?” tanya ega.
“emang” jawabku enteng.
“lapo tek aku?” tanya cus juga. “ora salahku iki!!”
“bodo’! coba aja ga kalian kasihin ke ****. Pasti ga hancur kaya gini!!!!!!” kataku bener – bener nyesel.

Flashback end.
Aku kangen kamu!!!!!!!!!!! Semuanya!! Coklat, oranye!!! Huaaaaaa!!!!!!!!! Balik, dong!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Buat yang jagain oranye sekarang, jaga dia baik – baik, yah! Aku akan selalu sayang dan cinta sama dia. Sama kaya aku menyayangi coklat.
Oranye dan coklat sama – sama memiliki kenangan – kenangan yang indah.
I miss you, orange and brown!!! I love you forever!!!!!!

NB : kalo ada kata – kata cing, ceng, kuceng, kucing, itu panggilanku waktu sd kelas 6.

Rabu, 22 September 2010

Soulmateku

Sudah 1 tahun kita bersama,
Dalam sedih, senang..
Semua kita lalui bersama,
Tanpa ada acara marah – marahan
Tapi, ternyata tuhan berkehendak lain
Tuhan tak ingin kita terus bersama
Dan akhirnya, pada hari kamis,
Tanggal 29 juli 2010,
Aku harus berpisah denganmu

Ini terbukti ketika jum’at,
Tanggal 30 July 2010,
Kau bukan menjadi soulmate ku lagi
Selamat tinggal soulmate ku yang paling kusayang,
Aku akan merindukanmu..


Meski kau bukan menjadi milikku lagi,
Aku berjanji akan selalu manyayangimu,
I <3 you forever!!

Sudah 2 kali aku kehilanganmu. Yang pertama, saat aku kelas 6 dulu. Temanku mematahkanmu begitu saja. Aku sangat sedih, aku menangis saat itu. Rasanya, ingin kucocok – cocok ampe sekarat yang menghancurkan dirimu. Meskipun dia MANTAN PACAR GADUNGANKU!!

Sekarang, yang kedua kalinya. Kemarin saat mengukur tinggi kacang hijau erva, aku tak sengaja meninggalkanmu begitu saja. Dan, sekarang, engkau menjadi milik ******. Selamat jalan, semoga kau bahagia!! Love you!!

Yah, sudah 2 bulan aku kehilangan dirimu. Selama itu aku merasa kesepian sangat. Aku sampe kepikiran kamu terus. Kangen.. itulah yang ada dipikiranku tentang kamu.
Aku teringat, saat kamu membantuku ketika sedang mengukur panjang, mengukur tinggi batang, mengukur apapun yang dibutuhkan.
Aku rindu setengah mati kepadanya
Sungguh kuingin dia tahu
Aku rindu dia setengah mati…

Huah, kok dia nggak sadar, yah, kalo aku kangen sama dia??? Aku pengen pegang dia lagi, aku pengen peluk dia lagi, aku pengen pake dia lagi, dan yang terpenting, aku pengen milikin dia lagi!!!!

Ketika rintihan tangisku
Tak juga bisa membuatmu mengerti
Aku pun semakin menangis
Di dalam pikirku kuteringat dia..
Haruskah diriku menanti keajaiban
Berharap dirimu bisa mengerti denganku
Walau kau tak sadar dengan kesalahanmu
Ku tak akan ikhlaskan dia bersamamu..

Kamis, 02 September 2010

my story

Pagi hari di SMP Cikal,
Kevin berjalan ke kelasnya dengan tampang lesu, malas, tak bergairah, tak punya semangat, dingin, cuek dengan teman – teman dan fans nya yang menyapanya. Yah, seperti biasa. Sesuatu yang membuat dirinya seperti ini.
“huah, lagi – lagi tuh anak kumat..” gumamnya sambil masuk ke kelasnya yang ada di depan mata, kelas 7 B. “padahal lagi males, hh..”
“Kevin!!!!” teriak Asca, teman sebangkunya.
“apaan, sih, ca??” Tanya Kevin seraya meletakkan tasnya ke kursi.
“nyontek fisika, dong!!” pinta Asca. Kevin pun mengeluarkan sebuah buku berwarna biru bergambar finding nemo, itulah buku fisika.
“thanks, ya! Eh, tadi Kevin dipanggil bu rita..” kata Asca. Kevin langsung ke luar emnuju ruang guru.
Sesampai di ruang guru,
“permisi, bu, ada apa??” Tanya Kevin seraya masuk ke ruang bu rika.
“Kevin duduk!” perintah bu rika. “kamu ikut lomba futsal, yah!!” pinta bu rika langsung to the point. Kevin jadi cengo.
“begini, Kevin, sekolah mengadakan lomba setiap tahunnya. Nah, pak Ervin bilang ke saya, katanya permainan futsal kamu bagus. Beliau ingin kamu negikuti lomba futsal ini. Owh, ya, lomba ini lomba antar sekolah..” ujar bu rika panjang lebar.
“owh..” kata Kevin. Gubrak, deh bu rika. Udah ngomong panjang, eh jawabannya cuman OWH!!
“jadi kamu mau ikut??” Tanya bu rika.
“kapan??”
“sebulah lagi..”
“bisa kupikir – pikir dulu, bu??”
“silakan. Secepatnya, yah!!”
“baik, bu, permisi..”


Waktu yang sama di labschool,
Syifa berjalan gontai ke kelasnya. Dengan tampang yang terkesan cuek, santai. Wajahnya yang manis membuat orang – orang yang melihatnya langsung terpesona. Terutama yang laki – laki. Mereka amat sangat terpesona.
Sampai di kelasnya, kelas 7 D (mantan kelasku, XD), dia langsung meletakkan tasnya di kursinya dan berlalu keluar kelasnya.

“woy!! Piket, woy!!” teriak seorang temannya.
“ntar! Ada urusan!” jawab Syifa sambil berlari.

Sementara itu di SMP Pembangunan Jaya,
“gimana, kan? Mau??” Tanya seorang anak laki – laki berkulit agak putih.
“yah, Tanya Syifa sama Kevin, dong!! Lagian, kan, masih 2 bulan lagi..” kata seorang anak perempuan berambut panjang, berkulit sama seperti laki – laki yang menanyainya.
“kalo Syifa pasti mau asal ada Senna, kalo Kevin sih, juga. Asal ada kamu!!” kata anak laki – laki itu.
“Syifa nggak sama kamu???” Tanya Kanya agak teriak.
Galang langsung menutup mulut Kanya. Dia takut beberapa temannya mendengar hal ini.
“jaga mulutmu. Kalo ada yang denger, awas aja!!” ancam Galang.
“tapi kamu suka, kan?” selidik Kanya.
“gak!!” teriak Galang. Wajahnya memerah. Kanya tertawa puas.

Istirahat, @Kantin labschool,
Syifa sedang menyeruput jus alpukatnya hingga habis. Sherin, temannya juga ikut menyeruput es jeruknya. Namun masih tinggal sedikit.
“eh, syif, lo punya pacar?” Tanya sherin agak canggung.
“nggak..” jawabnya cuek.
“lah Galang pa Senna itu?” tannya sherin lagi.
“temen..” jawab Syifa cuek.
“owh..” sherin ber –o ria.
“lo? Pasti udah? Sama Brian??” kata Syifa menyelidik.
“gak!” ujar sherin ngamuk.
“gak apa gak??” selidik Syifa.
“lo mah gitu!!” runtuk Sherin kesal.
“ye, ngambek lagi! Ntar ada yang ga suka lo..” sindir Syifa.
“sapa?” tanya Sherin agak kesal.
“CELLIO BRIAN AUSTIN MAURITZ!!” kata Syifa agak keras yang membuat beberapa penghuni kantin menoleh ke arah mereka berdua. Sherin malu sangat. Tapi Syifa cuek aja. Malah dia jalan ninggalin Sherin buat bayar makanannya.
***
Sekolah Cikal
Kevin sedang asyik membaca majalah sambil makan spaghetti yang hampir habis. Dia benar – benar menikmati masa kejayaanya hari ini.
“vin, kok kayanya seru banget baca majalahnya?” tanya seorang anak laki – laki yang langsung duduk di depannya.
“Kevin kan penggemar Bobo..” ucap anak yang tak lain adalah Asca, teman sebangku Kevin. Dia sudah duduk di bangku sebelah Kevin sejak tadi. Sedang anak laki – laki yang baru saja menanyai Kevin hanya ber – o ria.
“eh, tadi jaya banget gue, Radit!” kata Kevin yang sedari tadi diam.
“udah bisa ngomong gue – elo, vin? Perasaan gara – gara peraturan nomor 106 SD Pembangunan Jaya dulu..” belum selesai radit ngomong, mulutnya dibekap sama Kevin.
“Kevin, apaan, sih??” tanya radit kesal sambil melepas bekapan Kevin.
“diem! Itu rahasia SD Pembangunan Jaya!!” bisik Kevin kesal. Radit nyengir lebar.
“jiah, malah nyengir!” ujar Kevin manyun.
“pis, kev! Hehe.. eh, lo udah bisa ngomong gue – elo lagi?” tanya radit.
“lagi latihan. Males kalo aku – kamu lagi. Temen – temen pada nganggep Muhammad Kevindra Gutomo anak yang baku!” jawab Kevin sambil menyeruput es jeruknya hingga habis.
“haha.. gue juga gitu, sih, pertamanya! Takutnya KAYA DULU. Tapi ternyata ga ada..”
“tapi lo kan udah terbiasa ngomong gitu sejak dulu. Jadi ga kaku..”
“ah, lo juga!”
“tapi pas kelas 5 – 6 lo masih berani ngomong gitu..”
“gak, kok. Diluar sekolah aja. Kalo di sekolah..” radit menggantung kalimatnya.
“haha.. iya gue tau. Eh, ntar ke SD, yuk!” ajak Kevin. Radit mengangguk.
“kalian ini ngomong apa, sih?” tanya Asca yang dari tadi dikacangin.
“apa aja yang penting oke!” jawab radit dan Kevin kompak, lalu bertos an.

Di SMP Hang Tuah 02,
Senna senyum – senyum sendiri sejak tadi waktu pelajaran Pak badu. Dan sampai sekarang, istirahat, Senna masih terus senyum – senyum sendiri. Ozy yang ada di depannya bergidik ngeri melihat Senna yang aneh itu. Tak lupa si brian yang juga semeja dengan Ozy dan Senna. Dia ikutan bergidik sambil berbisik – bisik pada Ozy.
“mah, kok anak kita dari tadi senyum – senyum sendiri, sih?” tanya brian berbisik.
“gatau, pah. Lagi habis sama Syifa kali..” Ozy agak ngerasin suaranya.
“iya kali, yah! Eh, aku coba ngetes dia, apa masih waras ta kaga!” Ozy mengangguk.
“sen, Senna, Senna!!” brian teriak – teriak ala pendemo. Namun, Senna masih keukeuh dengan senyuman gajenya.
“sen, Senna, kiamat, sen, kiamat!!” ozy ikut ngebantuin. Namun Senna nggakk ngedengerin.
“Senna!! Ada Syifa, tuh, di depan kantin!!” tiba – tiba Ozy punya ide bagus yang langsung bikin Senna kaget setengah mati.
“mana, zy? Mana? Mana orangnya, zy??”

Part 1: Asal Mula Nama Kacang

Namanya Kevin. Lengkapnya Kevin Hutama Saputra R. Meski namanya Kevin, teman – teman lebih sering memanggilnya dengan sebutan kacang. Ga tau dari mananya kok bisa dipanggil kacang.
“ehm, kan, kok Kevin dipanggil kacang kenapa, yah?” tanya Kevin suatu hari pada salah satu sahabatnya, Kanya.
“Kanya juga ga tau. Mungkin gara – gara kejadian itu..” jawab Kanya pelan. Takut kedengaran yang lain.
Flashback,
“radit!!!” teriak Syifa sambil berjalan ke arah anak yang dipanggil radit itu.
“apaan, sih, cing?” tanya anak yang dipanggil radit itu.
“ye, orang aku panggilnya radit, malah manggil cing! Yadah, edit! Kupanggil mencit aja!!” ujra Syifa manyun.
“yee.. biarin! Oranag peresmiannya kemarin malem di rumah aku..” jawab radit seenaknya.
“hah? Kok ga bilang, sih? Agh, dasar mencit sialan!!” bentak Syifa ngambek. Radit tertawa puas.
“eh, emang manggil aku mau ngapain?” tanya radit.
“eh, iya! Noh, si Kevin, makan kacang mulu dari tadi! Nggak mau ngerjain tugasnya!!” jelas Syifa manyun.
“bilang sama ketuanya, dong! Aku, kan, anggota!!” kata radit cuek.
“yaelah, mencit! Si kancil udah teriakin dia biar ngerjain tuh tugas, tapi dia malah cuek aja sambil terus makan kacangnya..” jelas Syifa lagi.
“Kanya? Sama aja?” Syifa mengangguk.
“Kevin!!!!!!!!!” teriak radit. Kevin menoleh.
“apa?” tanyanya.
“kerjain tuh tugas!!” bentak radit sambil menghampiri Kevin yang duduk di deapn pintu kelas. Namun, Kevin tak menggubrisnya. Dia malah makin mempercepet acara mengunyah kacangnya di mulutnya.
“Kevin!” bentak Syifa.
“apaan?” tanya keivn santai.
“kerjain!!” Kevin menarik tangan Syifa kencang, untuk bisa melihat kejadian yang sesungguhnya.
“assyifa zahrantiara, liha ini!” perintah Kevin sambil menunjuk doni dan shirin yang juga berada di dekat tempat Kevin duduk sambil memakan kacang tadi.
“apa? Ini kan doni sama shirin..” ucap Syifa bingung.
“hh.. itu yang dipegang?”
“kertas..”
“nah, Syifa, radit, sini!!” radit ikuti perintah Kevin. “gini, loh! Aku kan mau ngerjain tugas, terus mereka datang. Mau bantuin aku. Aku bilang ga usah, ini tugasku. Terus, mereka maksa. Ya udah aku biarin. Tapi, eh malah dikerjain sendiri sama mereka. Aku udah bilang, jangan semuanya. Ntar dimarahin sama temen – temen. Eh, malah aku dikacangin. Terus, aku teriak kacang.. kacang.. dateng tukang kacang. Dikiranya aku manggil tuh tukang kacang. Yah, dasar o’on! Aku kepikiran, daripada bosen dikacangin mereka berdua yang lagi kasmaran, aku beli aja tuh kacang. Sekalian buat ganjel perut. Laperr!!” cerita Kevin panjang lebar kali tinggi sama dengan volume balok tanpa ada titik, koma, sama tanda baca lainnya. Syifa sama radit geleng – geleng kepala.
“napa kalian?” tanya Kevin bingung.
“penyakitmu kumat, yah? Belum dikasih obat sama si Galang?” tanya radit. Kevin cengengesan.
Flashback belum tamat, tapi Kevin nerocos lagi.
“heh! Bukan itu gara – garanya, Kanya!! Itu kan waktu aku dikacangin si shirin doni.. bukan waktu aku mulai dipanggil kacang!!” cerocos Kevin kesal.
“penyakitmu kumat!!” teriak Kanya. “aku kan belum selesai Kacang!!” Kevin tersenyum geli.
Saat Kanya akan membuka mulut, tiba – tiba dia melihat dua makhluk dari tempat lain sedang menghampiri mereka sambil melambai – lambaikan tangan. Mereka terlihat senang dan gembira.
“eh, lang, dua sejoli lagi bermesraan!” ujar seorang anak perempuan berambut panjang dengan bando biru diatasnya.
“haha.. benar, syif! Mendingan kita tadi ga usah kesini tadi kalo liat anak yang lagi pacaran. Mending kita..”
“Stop, Galang, Syifa!!” potong Kevin cepat – cepat.
Dua makhluk tuhan yang ternyata bernama Galang dan Syifa langsung menutup mulut mereka menggunakan tangan masing – masing. Mereka paling tak suka mendengar Kevin marah. Karena bila Kevin marah,
“udahlah, cang! Ntar kambuh!!” kata Galang pelan.
“habis kalian gitu, sih..” kata Kevin ngambek.
“ya maaf. Emang kalian ngapain, sih, berdua disini?” tanya Galang heran.
“iya, kalian ngapain? Cerita apa? Kok kita nggak diajak, sih?” tanya Syifa.
“kita mau cerita soal asal mula Kevin dipanggil kacang..” jawab Kanya sedikit sok.
“gaya lo, tuh!!” celetuk seorang anak laki – laki sambil melempar kulit kacang kearah Kanya.
“woy, sialan, lo!!” teriak Kanya.
“udah, deh! Kevin dipanggil kacang? Wah, seru, tuh! Bukannya kalo nggak salah Kevin dipanggil kacang gara – gara istirahat dulu, yah?” tanya Galang bertubi – tubi.
Flashback lagi!!
Dua hari setelah kejadian itu. Kanya masuk ke kelas dengan ogah – ogahan. Kalian tahu kenapa? Tempe!! Salah! Soalnya, jam pertama ini perlajarannya bu jihan, guru IPS ter killer di sekolahnya. Dan, hampir setiap pertemuan, Kanya pasti dapat tugas buat maju ke depan. Dan, dia selalu dapat ceramahan yang panjang. Itu yang bikin dia males.
“hai, kan, udah ngerjain tugas IPS?” tanya doni, teman sebangkunya.
“belum” jawab Kanya ogah – ogahan. ‘hah? Belum???? Santai amat aku jawabnya! Amat aja mungkin gak sesantai itu, dong!!!’ teriaknya dalam hati.
“loh, kok belum, sih?” timpal Kevin yang duduk di bangku belakangnya.
“emang lo udah?” tanya Kanya cuek.
“belum..” jawab Kevin ngenyir.
“alah, belum ngerjain aja belagu..” ujar Kanya sambil ngeluarin buku tugas IPSnya dari tasnya.
“Ini lagi nyontek punya Syifa..” kata Kevin santai.
“nimbrung!!” pinta Kanya sambil duduk di tempat Syifa yang ada di sebelah tempat duduk Kevin.
“yee!!” ledek Kevin. Kanya tersenyum.
Lalu mereka ngerjakan tugas IPS bareng. Eh, bukan ngerjain bareng. Tapi, nyontek bareng.
Selesai menyontek,
“eh, ngomong – ngomong Syifa sama Galang mana?” tanya Kanya celingukan. Yah, soalnya dia belum lihat dua temannya ini.
“tadi Syifa keluar, ke kelas sebelah.. kalo Galang, dia juga keluar. Mungkin ngikutin Syifa..” jawab Kevin.
“owhh!!” Kanya membulatkan mulutnya. “dasar pasangan yang aneh” tambahnya.
“kok aneh?” tanya Kevin bingung.
“yah, lengeket mulu kemana – mana. Kaya prangko sama surat..” jawab Kanya. Kevin manggut – manggut.

Flashback belum selesai. Lagi – lagi ada halangan
Gara – gara mendengar perkataan Kanya beberapa hari lalu mengenai Syifa dan Galang, mereka berdua langsung memelototi Kanya. Kanya berhenti bercerita, lalu menganggat jari telunjuk dan jari tengahnya.
“perasaan aku sama si bebek ini gak ada apa – apa..” kata Syifa dingin.
“iya. Kita kan nggak pernah pacaran!” bentak Galang.
“hehe..” Kanya nyengir. “siapa bilang kalian pacaran? Aku kan bilang kalian pasangan yang aneh. Kan bisa pasangan sahabat, teman, atau..” Kanya menggantung kalimatnya.
“PACAR!” teriak Kevin. Kanya tersenyum.
“sialan, lo!” kata Galang.
“udah – udah, lanjut!” ujar Kevin yang paling ga suka dengar Galang marah. Soalnya bisa – bisa bikin penyakitnya (Kevin) kambuh.
“iya, dah, kan! Lanjut! Lama – lama bisa mendidih denger lo berantem mulu sama bebek!” Syifa menyetujui perkataan Kevin.
“oke, yah, lanjut!” Kanya melanjutkan ceritanya.

Flashback start
“hai all!!!” teriak Galang dari depan pintu kelas.
“tuh, yang laki dateng! Pasti habis ini yang cewek dateng!!” tebak Kanya.
Benar kata Kanya. Tak lama kemudian, masuklah seorang perempuan. Yah, dia Syifa. Dia beda sama Galang yang ekspresif, selalu ceria. Dia orangnya cuek, santai, agak dingin sama temen.
Dua teman Kevin dan Kanya itu menghampiri Kevin dan Kanya lagi.
“hai, vin, kan!!” sapa Galang ramah yang disambut hangat Kanya dan Kevin.
“Syifa, tadi nyontek IPS!!” kata Kanya. Syifa mengangguk.
“aku ga dicontekin!!” ujar Galang ngambek.
“kamu belum ngerjain?” tanya Kanya.
Galang menggeleng. “dah..” jawabnya.
“yee.. ngapain nyontek kalo udah??” sungut Kevin kesal.
“gapapa..” jawab Galang santai.
“vin, Kevin!!!” teriak seorang laki – laki dari pintu kelasnya.
Kevin mendongak ke arah pintu. “iya, aldi!! Kevin datang!!” teriaknya sambil berjalan ke pintu kelas.
“eh, aku mau ngomong penting!!” kata anak yang dipanggil aldi itu sambil menarik Kevin.
Tettt!!!!!!!!!!! Teeeeeeettttttttttt!!!!!!! Bel masuk pun dibunyikan. Aldi gagal berbicara dengan Kevin.
“eh, al, ntar aja waktu istirahat..” ujar Kevin sambil berjalan masuk ke kelasnya Karen adia melihat dari kejauhan bu jihan sedang berjalan ke kelasnya, kelas 6 c.
“oke! Di deket tukang kacang, yah!!” pesan aldi. Kevin mengguk.

“anak – anak, hari ini kalian mendapat murid baru. Ayo masuk!” kata bu jihan seraya menarik seorang anak laki – laki untuk masuk ke kelas 6 c.
“sekarang, perkenalkan dirimu!” anak itu menggagguk.
“hai, namaku ahmad arsenna roziqin, panggil aja Senna apa arsenna. Pindahan dari SD Hang Tuah 7..” ujar anak itu memperkenalkan diri.
“hai Senna! Semoga kamu betah disini..” kata anak – anak kelas 6 c serempak.
“makasih..” jawab Senna sambil tersenyum yang sukses bikin para kaum hawa di kelas 6 c melting.
“eh, arsenna, silakan kamu duduk di sebelah Galang. Belakangnya Kevin sama asyyifa!” perintah bu jihan. Senna pun berjalan menuju ke bangku Galang, bangku paling belakang.
“akhirnya kita ketemu juga, lang!” ucap Senna sambil duduk di sebelah Galang.
“iya. Dan sekelas serta sebelahan..” jawab Galang dingin.

SKIPBREAK
“eh, al, tadi mau ngomong apa?” tanya Kevin yang sengaja menghampiri aldi di dekat tukang kacang sambil duduk di dekatnya. (jangan lupakan pesan aldi tadi)
“al..” Kevin menoleh ke sebelah kiri. Ternyata, aldi sedang berduaan dengan vinda, gebetan aldi di kelas 6 d.
“aldi!!” teriak Kevin. Namun, tak digubris oleh aldi.
“huh!” Kevin mendengus kesal. Lalu bersipa – siap dengan jurus mautnya.
“ehem.. ehem..” Kevin berdehem. Lalu, “KACANG.. KACANG.. ADA RASA PAHIT, ASIN, MANIS, ASAM, POKOKNYA SEMUA SERBA ADA!!” teriak Kevin. (Kevin kaya penjual kacang aja, yah!) yang membuat beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan cengo.
“eh, fir, ini, lo, ternyata yang jual kacang!” ujar seorang anak laki – laki pada teman perempuannya seraya menghampiri Kevin. Mereka berdua agak lebih kecil dari Kevin. Sepertinya mereka anak kelas 3 atau 4.
“owh, ini, toh! Kok kecil, yah, dan?” tanya si cewek.
‘maksudnya apa?’ pikir Kevin bingung.
“gatau. Palingan menciut” jawab si cowok. “eh, bang, kacangnya rasa asin sebungkus, yah!” kata si cowok sambil memberikan uang limaribuan pada Kevin.
“hah?” Kevin cengo.
“yah, aku beli kacang rasa asinnya, sebungkus..” kata si cowok itu lagi.
Tiba – tiba saja terdengar gelak tawa dari sebagian orang – orang yang ada di situ. Terutama yang kenal sama Kevin. Kevin masih memikirkan kata – kata anak yang sepertinya adik kelasnya tadi sambil melihat selembar uang limaribuan yang disodorkan cowok itu. Tiba – tiba,
“HEH, KAMU PIKIR AKU, TUH, TUKANG KACANG APA? AKU ITU MURID SINI TAU!” teriak Kevin yang makin membuat tempat itu semakin ricuh.
“hah?” sekarang gantian cowok dan cewek itu yang cengo.
“dia bukan penjualnya, dek! Tapi saya penjualnya!!” teriak seorang laki – laki dari belakang Kevin.
“loh, dia bukan penjualnya? Lah, terus dia siapa, dong?” tanya si cowok.
“dia itu anak sini. Dia pelanggan setia saya..” jawab orang itu yang ternyata penjual ‘asli’ kacang.
“owh.. gitu..” si cowok dan si cewek manggut – manggut. “tapi kok pake kaos?” tanyanya lagi.
“aku habis olahraga, dek! Baju olahragaku udah kecil, ini aja baru pesan. jadi sementara pake baju bebas dulu..” terang Kevin sedikit sebal.
“eh, maaf, yah, kak.. ehm..” pinta si cowok dan si cewek.
“Kevin!’ jawabnya malas.
“owh, maaf, yah, kak Kevin!!” ucap cewok (cewek cowok) itu berbarengan.
“iya..”

Di kelas,
“Kevin si tukang kacang?” kata Syifa seraya membaca tulisan di papan tulis.
“hah?” Kevin kaget namanya disebut – sebut.
“noh, vin!” Galang menghadapkan kepala Kevin ke papan tulis.
“siapa yang nulis ini??” teriak Kevin yang membuat semua mata tertuju padanya.
“KEVIN SI TUKANG KACANG!! KEVIN TUKANG KACANG!!” teriak anak – anak kelas 6 c kemudian setelah menatap Kevin.
‘eh, kalo dilihat – lihat kok kaya tulisannya Senna, yah?’ pikir Galang. Matanya lalu menuju ke arah Senna yang sedang duduk menikmati acara tersebut.
Senna melihat Galang menatapnya. Dia pun tersenyum seakan berkata, ‘IYA!’
‘dasar Senna! Gak berubah – berubah dari dulu!’ pikir Galang kesal. “haahh.. udah, yuk! Ga usah dipikirin. Mending kita balik ke tempat duduk sebelum pak rahmat datang!” ajak Galang kemudian. Matanya tetap mengarah ke Senna.
“Senna!” panggil Galang ketika dia duduk di bengkunya. Senna menoleh.
“kamu apa – apaan, sih?” tanyanya pelan.
Senna tersenyum. “aku nggak apa – apa..”
“sen, kamu baru disini! Jangan bikin onar! Dan, ati – ati kalo ngomong1 mulut dijaga!” bisik Galang ke telinga Senna (ya iyalah di telinga. Masa di perut?)
“iya, iya!!” jawabanya kasar.

 PULANG SEKOLAH 
Di sebelah gerbang tempat Kevin dan Galang nongkrong,
“KACANG KACANG.. KEVIN TUKANG KACANG!!” ledek teman – teman yang berpapasan dengan Kevin dan Galang.
Tiba – tiba, datang makhluk yang tak disukai Kevin. Siapa lagi kalau bukang burhan dan hendri.
“wee.. ada yang dapet profesi baru, nih!” celetuk seorang laki – laki agak tinggi dari Kevin, lebih pendek dari Galang. Dia burhan. Reflek Kevin langsung menoleh ke arah sumber suara.
‘tahan, tahan.. Kevin, tahan..’ batin Kevin dalam hati.
“iya, nih! Tapi kok ga sepadan banget, yah, kerjaannya?” timpal teman yang tadi menceletuknya (burhan). Nah, dialah hendri.
“iya. Anaknya pengusahan wortel (*Kevin : eh, penulis, ga ada yang lebih bagus selain wortel? Emang kelinci? *penulis : suka – suka, dong! Emang kamu kan keluarga rabuni diambil dari bahasa inggrisnya kelinci, rabbit. *Kevin : heh! Diem napa? Itu nama keluarga paling aneh yang pernah kudengar. Dan itu nama kurahasiain mati – matian. Terutama sama si Galang yang deket banget sama keluargaku. *penulis : yang bikin penulis, suka – suka penulis!! *Galang : stoopp!! Daripada capek berantem, mending pantengin kegantenganku aja, loh!! *Kevin : apa hubungannya?? Apa pentingnya?? Muka kaya panci gosong aja songong! *Kanya : gak kayak, vin! Tapi emang panci gosong!!)kok kerjaannya jadi tukang kacang?” kata yang menceletuk pertama tadi (burhan).
Saking kesalnya, Kevin langsung meninggalkan kedua manusia gila. Tak lupa, Galang mengikutinya.
FLASHBACK END
“dasar tuh anak sialan!” runtuk Kevin ngamuk.
“eh, kan, kok tau cerita yang pas pulang sekolah?” tanya Galang heran.
“aku sama Syifa gak sengaja ngelihat. Iya ga syif?” Kanya meminta persetujuan dari Syifa dan langsung didapati anggukan oleh Syifa.
“ish, dasar!” kata Kevin kesal.
“sabar, yah, cang! Semoga ledekannya makin langgeng sampai tamat sekolah nanti, sampe kerja juga gapapa..” kata Galang.
“ngibur sih gapapa. Tapi jangan gitu, dong!” Kevin ngambek.
“hehe.. maaf. Tapi kan malah bagus kalo dipanggil kacang, kok!” kata Galang.
“iya, lebih baik kacang daripada kencing!” kata Kanya.
“huh! Yaudah, terserah. Eh, syif, kok dari tadi gak ngomong?” kata dan tanya Kevin. Syifa diam tanpa kata.
“biarin, cang! BĂȘte dia. Bukunya habis disobek Burhan!!” bisik Galang tepat di telinga Kevin. Kevin mengangguk mengerti.
“eh, tunggu!” Kevin tiba – tiba teringat sesuatu.
“apa?” tanya Kanya Galang kompakan.
“kok aku dipanggil kacang? bukannya barusnya tukang kacang?” tanyanya.
“kata radit, sih, kalo tukang kacang kepanjangan. Jadi, disingkat, deh!” jawab Galang. Kevin manyun tapi tetep ngangguk.